EYD
Ejaan
yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Berdasarkan
sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:
1. Ejaan Van
Ophuysen
Ejaan ini
mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan
ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2. Ejaan
Suwandi
Setelah
ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu
ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini
mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972
dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972
tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
(mulai 16
Agustus 1972)
|
Ejaan
Republik
(Ejaan
Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan
Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca. 3)
Ejaan bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf
abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.
Huruf Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
Es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf Vokal
Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan
u.
Huruf Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c.
Huruf Konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d.
Huruf Diftong
Di dalam
bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam
bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.5)
Gabungan huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2)
Penulisan Huruf
Dua hal yang
harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan
huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan berikut :
a.
Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat
digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesiasudah
dikerjakan.
2) Digunakan
sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah
mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”,
kata ketua tingkat.
3)
Digunakan sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama
kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa
lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu
ya Allah.
4)
Digunakan sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan
Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi
Muhammad saw.
5)
Digunakan sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf
Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara
Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris
Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi
Selatan menerima laporan korupsi.
6) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7)
Digunakan sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8)
Digunakan sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan Desember
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan
sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut Jawa
Jazirah Arab
Asia Tenggara
Tanjung Harapan
10) Digunakan
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan
sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya
terima.
Mereka pergi ke rumah Pak
Lurah.
12) Digunakan
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr.
doktor
S.H.
sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurnayang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.
15) Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
b.
Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1)
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah
sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat
akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang
dada.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera
pernah merajalela di Indonesia.
3) Penulisan
Kata
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan
bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya :
Dia teman baik saya.
2. Kata Turunan
(Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam
penulisan kata turunan, yaitu :
·
Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban,
terdengar dan memasak.
·
Awalan dan akhrian ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya
berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar
luaskan.
·
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
·
Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil,
subseksi, prakata.
3.
Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
·
Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata
awal.
Misalnya :
laki lelaki
·
Dwilingga yaitu pengulangan utuh
atau secara keseluruhan.
Misalny :
rumah rumah-rumah
·
Dwilingga salin suara yaitu
pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur
sayur-mayur
·
Pengulangan berimbuhan yaitu
pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya :
main bermain-main
4.
Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya :
mata kuliha, orang tua.
·
Gabungan kata, termasuk istilah
khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya :
ibu-bapak, pandang-dengar.
·
Gabugan kata yang sudah dianggap
sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya :
daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
Kata Ganti
(ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku,
tasmu, sepatunya.
5.
Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang
dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di
jalan
Saya pergi ke kampung
halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
6. Kata Sandang
(si dan sang)
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi
surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang
kucing.
7.
Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk
yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
·
Partikel –lah, -kah,
dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah
yang dipelajari minggu lalu?
Apatah
gerangan salahku?
·
Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya :
Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
·
Partikel per yang berarti
memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
Misalnya :
Rapor siswa dilihat per semester.
8.
Singkatan dan Akronim
·
Singkatan adalah nama bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya :
dll = dan lain-lain
yth = yang
terhormat
·
Akronim adalah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya :
SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP =
Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
9.
Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim
digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2)
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai
berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya :
15 lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4
tiga perempat
3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II
Abad ke-2
4)
Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun
50-an lima puluhan
5)
Angka yang mneyatakan bilagnan bulat
yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya :
Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6)
Lambang bilangan letaknya pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di
awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA
1 tidak lulus. (salah)
7)
Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
4) Penulisan
Unsur Serapan
Dalam hal
penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena
pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
Penyerapan
unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang: (a) konsep
yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b)
unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam
bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur
yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu
diterima.
Menerima
unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa
Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing
merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan
pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu
dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang
biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa
Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari
bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal
adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia
itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan
taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
1.
Secara adopsi, yaitu apabila unsur
asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak
mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor,
civitas academica, de facto, bridge.
2. Secara
adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah
bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh
yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet,
manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian
Tanda Baca
1. Tanda
Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
·
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan
·
Akhir singkatan nama orang.
·
Akhir singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan.
·
Singkatan atau ungkapan yang sudah
sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu
tanda titik saja.
·
Dipakai untuk memisahkan
bilangan atau kelipatannya.
·
Memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
·
Dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
·
Tidak dipakai pada akhir judulyang
merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.
2.
Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan
tanda koma (,) digunakan :
·
Antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
·
Memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
·
Memisahkan anak kalimat atau induk
kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
·
Digunakan dibelakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun
begitu, dan (5) akan tetapi.
·
Digunakan untuk memisahkan kata
seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
·
Memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
·
Dipakai diantara : (1) nama
dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama
dan tempat yang ditulis secara berurutan.
·
Dipakai di muka angka persepuluhan
atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
·
Dipakai antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
·
Menghindari terjadinya salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
·
Dipakai di antara bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
·
Dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
·
Tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
3.
Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya
dipakai pada :
·
Akhir kalimat tanya.
·
Dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
4.
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan,
ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik
koma dipakai :
·
Memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
·
Memisahkan kalimat yang setara dalam
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
6.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik
dua dipakai :
·
Sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemberian.
·
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap
bila diikuti rangkaian atau pemerian.
·
Di dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
·
Di antara jilid atau nomor dan
halaman.
·
Di antara bab dan ayat dalam kitab
suci.
·
Di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
·
Tidak dipakai apabila rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7.
Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang
terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8.
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis
miring ( / ) di pakai :
·
Dalam penomoran kode surat.
·
Sebagai pengganti kata dan,atau,
per, atau nomor alamat.
9.
Tanda Penyingkat atau
Apostrof ( ‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
10.
Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik
tunggal dipakai :
·
Mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
·
Mengapit terjemahan atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
11.
Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik
dipakai :
·
Mengapit kata atau bagian kalimat
yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
·
Mengapit judul karangan, sajak, dan
bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
·
Mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kutipan
adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses
pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus,
ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah,
internet, dan lain sebagainya.
Tujuan kutipan
1.
menegaskan isi
uraian
2.
membuktikan apa
yang dikatakan
3.
menunjang apa
yang diungkapkan
Jenis Kutipan
Jenis kutipan ada dua macam :
·
Kutipan Langsung ; salinan yang persis sama
dengan sumbernya tanpa perubahan.
Kutipan langsung kurang dari lima
baris ditulis berintegrasi dalam teks, spasi sama, pias (margin) juga sama,
diapit tanda petik, dan pada akhir kutipan diberi nomor untuk catatan kaki.
Contoh kutipan kurang dari lima
baris :
Dalam Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan disebutkan bahwa ”unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini
diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.”¹
¹Dendy Sugono (penangg. Jwb), Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional,
2004), hlm. 23
Kutipan langsung lima baris ke
atas ditulis terpisah dari teks, spasi rapat (satu spasi), margin kiri masuk ke
dalam teks lima spasi, dari margin kanan tiga spasi, dan pada akhir kutipan
diberi nomor catatan kaki.
Contoh kutipan langsung lima
baris ke atas :
Dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa :
Ragam bahasa standar
memiliki sifat kemantapan dinamis,
yang berupa kaidah dan
aturan yang tetap. Baku atau standart tidak dapat berubah setiap
saat.
Kaidah pembentukan kata yang
menerbitkan perasa dan perumus dengan taat
asas harus menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan
pengrajin atau pengrusak.²
Ketaatasasan ragam
baku ini dalam penulisan ilmiah perlu dilaksanakan secara konsisten sehingga
menghasilkan ekspresi pemikiran yang objektif.
²Moeliono, Anton M. (ed), Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 13
·
Kutipan tidak langsung, apabila penulis menyadur,
mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat atau
bahasa sendiri.
Cara menyadur ada dua macam,
masing-masing berbeda cara, tujuan dan manfaatnya.
1.
cara pertama meringkas, yaitu menyajikan suatu karangan atau bagian
karangan yang panjang dalam bentuk ringkas. Meringkas bertujuan untuk
mengembangkan ekspresi penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah
asli, dan memperkuat pembuktian.
2.
cara kedua ikhtisar, yaitu menyajikan suatu karangan yang panjang dalam
bentuk ringkas, bertolak dari naskah asli, tetapi tidak mempertahankan urutan,
tidak menyajikan keseluruhan isi, langsung kepada inti bahasan yang terkait
dengan masalah yang hendak dipecahkan.
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang
ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan
kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan
sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.
Jenis & Contoh Catatan Kaki /
Foot Note
Sekarang kita
akan mempelajari pencantuman sumber kutipan pola konvensional. Cara pencantuman
sumber kutipan dengan menggunakan pola konvensional, yaitu menggunakan catatan
kaki atau foot note.
Perhatikan
contoh penggunaan catatan kaki yang digunakan pada buku Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer karya Jujun Suriamiharja berikut! Perhatikan pula nomor pada
teks dan keterangan sumbernya pada catatan kaki.
Ilmu dan Moral
Penalaran otak
orang itu luar biasa, demikian simpulan ilmuwan kerbau dalam makalahnya, namun
mereka itu curang dan serakah ... .1) Adapun sebodoh-bodoh umat kerbau, sungguh menggelitik
nurani kita. Benarkah bahwa makin cerdas maka makin pandai kita menemukan
kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia yang
mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi sebab moral mereka dilandasi
analisis yang hakiki, ataukah malah sebaliknya: makin cerdas maka makin pandai
pula kita berdusta? Menyimak masalah ini, ada baiknya kita memperhatikan
imbauan Profesor Ace Partadiredja dalam pidato pengukuhannya selaku guru besar
ilmu ekonomi di Universitas Gajah Mada, yang mengharapkan munculnya ilmu
ekonomi yang tidak mengajarkan keserakahan?2)
...............................................................
1) Taufiq Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980.
2) Kompas, 25 Mei 1981.
1) Taufiq Ismail, Membaca Puisi, Taman Ismail Marzuki, 30-31 Januari 1980.
2) Kompas, 25 Mei 1981.
Bagi penulis,
penggunaan catatan kaki ini sedikit lebih merepotkan dibandingkan dengan cara
Harvard karena harus mengatur ruang pada bagian bawah halaman untuk tempat
catatan kaki. Akan tetapi, bagi pembaca catatan kaki ini sangat memudahkan
mengetahui sumber tanpa harus melihat daftar pustaka yang letaknya di bagian
akhir buku.
Catatan kaki untuk buku dimulai dengan nama pengarang diikuti koma, judul buku (ditulis dengan huruf awal kapital dan dicetak tebal atau dicetak miring), nomor seri, jilid dan nomor cetakan (kalau ada), kota penerbit (diikuti titik dua), nama penerbit (diikuti koma), dan tahun penerbitan (ditulis dalam kurung dan diakhiri dengan titik).
Catatan kaki untuk artikel dan majalah dimulai dengan nama pengarang, judul artikel, nama majalah, nomor majalah jika ada, tanggal penerbitan, dan nomor halaman. Jika dari sumber yang sama dikutip lagi, pada catatan kaki ditulis ibid. (singkatan dari ibidum) yang artinya sama persis sumbernya dengan catatan kaki di atasnya. Jadi mirip dengan idem atau sda. Untuk sumber yang telah disisipi sumber lain, digunakan istilah op. cit. (singkatan dari opere citato). Untuk sumber dari majalah dan koran yang telah disisipi sumber lain digunakan istilah loc. cit. (singkatan dari loco citato).
Perhatikan
contoh berikut!
.........................................................
2 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud, 1988), hal. 18.
3 Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif (Bandung: Sinar Baru, 1986), hal. 25
4 Ibid., hal. 15
5 Ratna Wilis Dahar, op.cit., hal. 17
Catatan kaki di atas menunjukkan bahwa sumber nomor 4 sama dengan sumber nomor 3. Sumber nomor 5 sama dengan nomor 2
Bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.
Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh
Penulisannya
a. Nama Pengarang, yang dikutip
secara lengkap
b. Judul Buku, termasuk judul
tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat
terbit, tahun
terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku dan tebal (jumlah halaman)
terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku dan tebal (jumlah halaman)
buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel
diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, atau surat
kabar, tanggal dan tahun.Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
Bagian-bagian
Bibliografi
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :
∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan korporasi
∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi tersebut berada.
∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun terbit
∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number, perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :
∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan korporasi
∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi tersebut berada.
∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun terbit
∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number, perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya